Beranda | Artikel
Hadapi Remaja dengan Motivasi, Bukan Emosi
16 jam lalu

Hadapi Remaja dengan Motivasi, Bukan Emosi merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 5 Muharram 1447 H / 1 Juli 2025 M..

Kajian Tentang Hadapi Remaja dengan Motivasi, Bukan Emosi

Terkadang seseorang menjadi minder dan tidak percaya diri karena ia tidak mengetahui potensi dalam dirinya. Maka, tumbuhkan dan bangkitkan kepercayaan diri itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berkata kepada para sahabat:

ٱحْرِصْ عَلَىٰ مَا يَنفَعُكَ

“Bersungguh-sungguhlah terhadap hal yang bermanfaat bagimu.” (HR. Muslim)

Pikiran yang positif harus dimunculkan dalam diri mereka agar tidak minder atau merasa tidak mampu. Jika manusia diletakkan pada tempat yang tepat, maka ia akan mampu berbuat sesuatu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَنْزِلُوا ٱلنَّاسَ مَنَازِلَهُمْ

“Tempatkanlah manusia sesuai dengan kedudukannya.” (HR. Abu Dawud)

Ia pasti mampu berbuat sesuatu. Namun, jika mentalnya dijatuhkan, ia akan menjadi pribadi yang lemah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَلَا تَعْجِزْ

“Jangan lemah!” (HR. Muslim)

Maksudnya adalah jangan merasa tidak mampu, padahal memiliki kemampuan dan potensi. AllahSubhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan kelebihan (kepada anak). Akan tetapi, terkadang pendidik tidak mampu mengeksplorasi kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh anak. Terkadang mereka sendiri bertanya-tanya, “Saya ini bisa apa? Saya ini mampunya apa?” Seolah-olah tidak mampu berbuat apa pun. Maka, kita harus membangkitkan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, hal ini memerlukan pendampingan dari pendidik. Selain memberikan motivasi, pendidik juga perlu membuka jalan dan membantu mendorong ibarat menuntun anak untuk berjalan.

Anak remaja perlu terus dibimbing oleh orang tuanya. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja untuk menemukan sendiri apa yang menjadi kelebihan, keistimewaan, atau passion-nya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan motivasi:

وَاسْتَعِنْ بِٱللَّهِ

“Mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. Muslim)

Ini adalah kalimat motivasi yang berlaku secara umum, termasuk bagi para pendidik yang sedang berusaha membangkitkan kepercayaan diri anak-anak mereka. Bersamaan dengan itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga melarang sikap merasa tidak mampu.

Banyak anak-anak muda saat ini, para remaja, merasa tidak mampu. Ada dua hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, kemampuan mereka tidak diasah. Kedua, mereka tidak diarahkan kepada sesuatu yang sesuai dengan potensi dan bakatnya. Akibatnya, mereka tumbuh menjadi pribadi yang merasa tidak mampu. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan kita akan meninggalkan keturunan yang lemah. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةًۭ ضِعَـٰفًۭا

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah”. (QS. An-Nisā’ [4]: 9)

Yaitu anak-anak yang tidak mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan keistimewaan dirinya, sehingga mereka tidak tahu bagaimana memberikan manfaat kepada sesama manusia. Mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain, karena ia tidak menemukan kemampuan atau bakatnya, maka jadilah ia pribadi yang lemah. Ia mungkin menjadi seseorang yang selalu bergantung kepada orang lain, dan pada akhirnya justru menjadi beban bagi orang lain terkadang menjadi beban bagi orang tuanya sendiri.

Kita juga perlu membangun komunikasi, terkadang melalui dialog, membicarakan prestasi yang telah diraih maupun yang belum tercapai. Perlu juga berbicara tentang cita-cita dan keinginan. Manusia harus diberi motivasi agar memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut bisa berupa tujuan jangka pendek, seperti cita-cita di dunia.

Banyak anak-anak muda saat ini, para remaja, akhirnya tidak terarah. Mereka cenderung latahapa yang dilakukan orang lain ingin mereka tiru, padahal belum tentu bermanfaat bagi dirinya, bahkan bisa jadi tidak sesuai dengan kemampuannya. Karena tidak diarahkan, mereka mudah terbawa arus. Melihat orang berbuat sesuatu, mereka ingin melakukan hal yang sama. Melihat orang lain berbeda, mereka pun ingin menirunya. Akhirnya, mereka tumbuh menjadi pribadi yang labil.

Terkadang, kemauan anak tidak selaras dengan kemampuannya. Ini yang menjadi berbahaya. Ia memiliki keinginan, tetapi tidak memiliki kemampuan. Atau sebaliknya, ia memiliki kemampuan, tetapi tidak memiliki kemauan. Sebagian anak sebenarnya memiliki kemampuan, namun perlu dimotivasi agar tumbuh kemauannya. Karena tidak dirangsang oleh pendidiknya, akhirnya kemauannya melemah atau istilahnya, “melempem.” Lebih parah lagi, jika keduanya tidak ada tidak mau dan tidak mampu.

Oleh karena itu, kemauan dan kemampuan harus diselaraskan. Ketika keduanya berjalan seiring, maka ia akan sampai pada tujuannya. Maka, tanamkan rasa percaya diri pada anak. Jangan membuat anak menjadi minder hingga kehilangan kepercayaan diri. Ia merasa tidak mampu, tidak berani mencoba, dan akhirnya tidak mau berkembang. Lebih parah lagi, ada orang tua yang justru menakut-nakuti anak, sehingga anak benar-benar tidak memiliki kreativitas apa pun.

Itulah yang dimaksud dalam ayat tentang generasi-generasi keturunan yang lemah—yang masa depannya dikhawatirkan. Kita tahu bahwa hari ini dunia telah memberikan gambaran nyata tentang bagaimana persaingan ke depan akan jauh lebih berat dan sulit. Tidak bisa dianggap remeh, tidak bisa dipandang enteng.

Pemenang yang sejati adalah mereka yang berhasil mempersiapkan generasinya. Jika kita gagal mempersiapkan generasi, maka kita tidak akan menjadi bangsa yang berarti. Kita tidak akan mampu berbuat apa pun, dan akan terus didikte oleh bangsa lain. Ungkapan Pepatah itu tetap berlaku: “Orang bodoh selamanya akan menjadi makanan orang pintar.” Ungkapan ini tetap relevan, berlaku hingga hari kiamat.

Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk mempersiapkan generasi, mempersiapkan kekuatan, dan segala hal yang dibutuhkan. Jadi tugas orang tua adalah untuk mempersiapkan generasi-generasi yang bisa diandalkan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55290-hadapi-remaja-dengan-motivasi-bukan-emosi/